‘Novel
yang direkomendasikan oleh TB Gramedia Pekanbaru’
Pekanbaru, 11 Juli
2012
Subhanallah, Maha Suci Allah SWT, Atas izin-Nya jualah saya, Zulkifli L. Muchdi, bisa menjejakkan kaki di Bumi Lancang Kuning, Pekanbaru, pada tanggal 11 Juli 2012. Pagi yang cerah, tepat jam 08.00 pagi saya dengan menumpang Lion Air dari Jakarta, tiba dengan selamat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Kehadiran saya di kota yang sedang giat membangun ini dalam rangka acara bedah buku novel saya “ASMARA DI ATAS HARAM” (ADH), yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Bekerjasama dengan TB Gramedia, sore itu dengan diantar Pak Ihsan, Staf Erlangga Pekanbaru yang tak kenal lelah dan Pak Jami, seorang da’i dan juga pengusaha Travel Haji & Umroh, kami menuju TB Gramedia dibawah guyuran hujan lebat yang kabarnya baru pertama setelah kemarau yang cukup panjang. Alhamdulillah.
Di TB Gramedia, kami disambut Store Manager, Bpk George M. Souisa yang ramah. Ternyata, TB Gramedia Pekanbaru mengapresiasi “ASMARA DI ATAS HARAM” dengan antusias, terbukti novel itu ditempatkan di rak bertuliskan “Recommended”, yang mudah dilihat pengunjung.
Sore itu pengunjung TB Gramedia tidak begitu padat, mungkin karena hujan, namun hal itu tak mengurangi minat peserta. Kursi yang disediakan terisi penuh. Sebuah komunitas Energi Positif yang digawangi Mas Febri ikut meramaikan acara bedah buku. Informasinya, anggota komunitas ini rencananya akan ikut berpartisipasi, namun karena guyuran hujan sampai akhir acara berlangsung, sebagian besar tidak bisa hadir.
Pak Jami, selaku pembicara, yang tidak asing lagi dengan dunia ibadah haji dan umroh, dan informasinya baru pulang membawa rombongan umroh, memulai acara dengan menyatakan bahwa novel “ASMARA DI ATAS HARAM” adalah sebuah novel yang sedemikian rinci mengupas perihal haji, maka tepatlah kalau dikatakan “ASMARA DI ATAS HARAM” adalah intisari manasik haji dalam bentuk sastra roman. Novel yang menggugah setiap individu, setiap jiwa untuk segera melaksanakan ibadah haji ataupun umroh. Mumpung di usia muda, karena ibadah haji adalah ibadah fisik. Tak kalah pentingnya, adalah dampak ibadah haji bagi yang telah melaksanakannya. Haji mabrur harus bisa menjadi agen perubahan bagi masyarakat di sekelilingnya. Perubahan ke arah kebaikan dan membawa kemaslahatan bagi lingkungan di sekitarnya. Sekian juta ummat Islam Indonesia yang sudah berhaji, kata Beliau, Insyaallah bisa memberi teladan yang baik (Uswatun Hasanah) kepada seluruh bangsa Indonesia, merubah bangsa ini menjadi bangsa yang jujur, santun dan cerdas, cerdas dunia dan cerdas ukhrawi, sehingga sebagaimana tokoh Yasser Al Banjary, tokoh utama dalam novel ini, yang rela ibunya wafat, asal tidak menggunakan dana haram tak bertuan yang tidak diketahui asal-usulnya untuk menyembuhkan ibunya yang sedang sekarat!
Kejujuran bagi bangsa ini seharusnya adalah keseharian layaknya bumi yang setiap hari diinjak, makanan yang setiap hari disantap, bukan pelangi yang berada di langit, indah tapi tak bisa digapai.
Acara bedah buku semakin meriah dengan aneka pertanyaan kritis dari audiens. Intinya, audiens memberikan apresiasi yang positif atas kehadiran novel yang dari judulnya saja sudah memancing rasa penasaran untuk membacanya sampai tuntas. Di akhir acara, pembicara memberi nilai 9 terhadap novel “ASMATA DI ATAS HARAM” ini. Menjelang Azan Sholat Maghrib, acara ditutup dengan pembagian souvenir dari Penerbit Erlangga. Syukron.
Pekanbaru, 12 Juli 2012
Pagi yang cerah, tepat jam 09.00, acara bedah buku di Universitas Negeri Riau (UNRI) yang difasilitasi oleh HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Komunikasi) bekerjasama dengan penerbit Erlangga, dibuka dengan pembacaan puisi oleh moderator. Acara yang dihadiri sekitar 100 –an mahasiswa/mahasiswi itu diawali dengan menyanyikan lagu ‘Indonesia Raya’ dan mars mahasiswa. Kalau saja dilaksanakan tidak di hari libur perkuliahan, nampaknya animo para mahasiswa akan semakin besar.
Selanjutnya pembicara, Pak Alfred Sutji, seorang penulis buku yang buku-bukunya sudah diterbitkan, mengupas ADH dengan sangat kritis. Walaupun mengakui ADH menarik dari sisi tema, kuatnya karakter tokoh-tokoh utama serta alur cerita yang membuat pembaca penasaran dan hanyut untuk segera menuntaskan membaca, namun pembicara mengkritisi sikap Dr. Eliza, salah seorang tokoh utama dalam ADH yang dengan gampang hijrah ke lain hati.
Ketika dibuka sesi tanya jawab, audiens yang merupakan para cendikiawan muda penerus bangsa ini tertarik membicarakan sikap jujur Yasser Al Banjary yang sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini, dimana kejujuran sudah menjadi barang langka di kalangan para eksekutif, legislatif dan yudikatif penyelenggara kekuasaan di negeri ini.
Tak ketinggalan, audiens yang sebagian besar dari jurusan komunikasi itu tertarik menanyakan proses kreatif penulisan ADH yang oleh penulis diselesaikan dalam waktu 3 bulan. Tips-tips dan trik-trik apa agar bisa menghasilkan sebuah artikel, cerpen, novellet ataupun novel, khususnya bagi pemula? Suasana semakin seru ketika mengetahui bahwa penulis menyelesaikan ADH ketika sedang dalam kondisi lumpuh. Acara ditutup menjelang Sholat Zuhur dengan pembagian souvenir oleh Penerbit Erlangga.
Setelah melaksanakan Sholat Zuhur dan makan siang, acara bedah buku ADH dilanjutkan ke kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Psikologi, Bapak Dr. Tohirin.
Pak Dekan berharap, acara bedah buku ini bisa bermanfaat dan semakin membuka wawasan para mahasiswa yang merupakan kaum intelektual muda bangsa ini. Selanjutnya ADH dibedah oleh seorang tokoh muda yang bernaung dibawah komunitas Forum Lingkar Pena (FLP). Pembicara sangat terkesan dengan tema, judul dan kandungan ADH yang memuat banyak nilai-nilai ajaran Islam, wabilkhusus ibadah haji, pergaulan ala Islami serta heroisme. Walaupun baru menyelesaikan 18 episode dari 28 episode ADH, namun ketika ditanya perihal nilai novel ADH, pembicara memberikan nilai 9. Selanjutnya sesi tanya jawab lebih terfokus pada apa yang dimaksud dengan judul ADH serta disain cover, dimana wajah figur yang memakai jilbab merah terang itu apakah wajah seorang pria ataukah wanita?
Menjelang Sholat Ashar acara ditutup dengan menyenandungkan talbiyah yang semakin membangkitkan semangat berhaji audiens.
Jam 18.25, saya memasuki pesawat untuk kembali ke Jakarta. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memfasilitasi terselenggaranya acara talkshow novel ‘ASMARA DI ATAS HARAM’, khususnya kepada Bapak Kepala Cabang Penerbit Erlangga Pekanbaru dan seluruh jajarannya. Semoga Allah SWT menganggap dan menulis apa yang kita laksanakan sebagai sebuah ibadah. Amien ya robbal ‘alamien. (ZLM).
Kategori Event
Decak Kagum Tiada Henti untuk
Novel bernilai 9
Terakhir
Update Sabtu, 16 Juni 2012 10:29 Jumat, 15 Juni 2012 09:56
Rabu siang tanggal 13 Juni 2012, venue Eclectic Resto,
Cilandak Town Square ramai dipadati pengunjung yang rata-rata berbusana muslim. Siang itu Penerbit Erlangga akan menggelar Grand Launching
Novel Asmara Di Atas Haram, sebuah novel yang menyeruak ke pasar dengan membawa
karakter tersendiri yang berbeda dengan novel-novel Islami lainnya.
Penulis novel, Pak Zul—begitu
biasanya H. Zulkifli L. Muchdi disapa—sumringah saat namanya dipanggil oleh
Elmiko Romadoni (MC acara) diiringi tepuk tangan para tamu undangan. Pak
Zul tidak sendirian, ia didampingi oleh Astri Ivo (Artis dan Duta Busana
Muslimah) dan Ustadz Riza Muhammad (Ustadz Gaul) yang turut hadir pula sebagai
pembicara dalam acara Grand Launching yang dikemas dalam tema “Gathering
Media dan Bedah Novel Asmara di Atas Haram”.
Acara dihadiri oleh puluhan insan
media dari Media Cetak & Elektronik, mitra Toko Buku, komunitas pencinta
Novel, Forum Lingkar Pena, para Guru, dan elemen kampus se-Jabodetabek. Acara
dimulai tepat pukul 14.00 dan dibuka langsung oleh AMD Marketing Penerbit
Erlangga, Bpk. Joko Sutrisno. Bapak Joko Sutrisno berharap agar novel Asmara Di
Atas Haram terbitan Erlangga ini bisa tersebar luas di kalangan umat Islam
mengingat banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari novel yang luar biasa
ini, yang bertutur tentang kisah cinta dan bersarikan pelajaran-pelajaran
agama.
Novel “Asmara di Atas Haram”
bercerita tentang seorang pemuda bernama Yasser Al Banjary, yang hanya tinggal
bersama ibu dan adiknya. Suatu saat sang ibu sakit dan membutuhkan biaya
operasi sebesar 60 juta. Yasser yang hanya punya uang dua juta kaget bukan
kepalang saat mendapati saldo di rekeningnya berjumlah 5 miliar. Dari sinilah
pendirian Yasser mulai diuji. Apakah Yasser bersyukur atas uang yang tidak
diketahui asal usulnya tersebut?
Lebih menarik lagi adalah perjalanan
cinta Yasser yang penuh liku tajam, saat ia menanti jawaban cinta Istiqomah;
namun pada saat besamaan, Ferry, putra pak menteri mengungkapkan perasaannya
kepada Istiqomah. Istiqomah menjadi bimbang “dilamar” dua lelaki spesial
tersebut, dan Yasser diterpa kehampaan. Di tengah kehampaan hati Yasser; Sofia,
wanita dari masa lalunya tiba-tiba datang dan menyatakan cintanya kepada
Yasser. Tunggu dulu; Eva, si gadis cantik asal Ukraina turut pula masuk dalam
kehidupan Yasser. Lalu...siapakah yang akan dipilih Yasser?
“Novel Asmara di Atas Haram bukanlah
sekadar cerita panjang tentang cinta, tetapi lebih dari itu, novel ini sarat
akan motivasi hidup, bercerita tentang keberanian Yasser (tokoh utama) dalam
menjalani hidup dan takdir yang dikehendaki Allah”, begitu ucap Astri Ivo saat
pertama kali dimintai tanggapannya tentang novel ini. Tak ayal kalau kemudian
artis cantik ini memberikan angka 9 untuk novel yang kental mengangkat sisi
hakikat manusia yang harus selalu ingat bahwa hidup harus dijalani seperti apa
yang Allah mau, bukan seperti apa yang kita mau.
Tidak
jauh berbeda dengan Astri Ivo, Ustadz Riza Muhammad pun menyebut novel ini
sebagai novel pembangun jiwa, kaya akan motivasi, dan inspiratif. Ustadz Riza
menambahkan bahwa novel ini dapat menjadi sarana hiburan untuk selalu
mendekatkan diri kita kepada Allah dan Rasul-Nya. “Novel ini wajib dibaca,
karena di dalamnya banyak motivasi yang bisa menjadikan kita untuk lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Kata ustadz gaul asal Bali yang memberi nilai 8
untuk novel ini.
Pak Zul juga tidak mau ketinggalan,
sebagai penulis novel ini ia merasa bersyukur sedalam-dalamnya kepada Allah SWT
karena ketika novel ini ditulis ia sedang diuji Allah dengan penyakit radang
sendi yang menyebabkan ia mengalami kelumpuhan selama satu tahun lebih.
Namun ia mengaku, di tengah sakit yang dialami, ia tetap ingin menghasilkan
suatu karya yang bisa bermanfaat bagi semuanya.
Peserta semakin antusias. Antrian
panjang terlihat di counter pameran erlanggashop. Lebih dari 100 buku habis
terjual. Bahkan beberapa pengunjung terpaksa menunggu beberapa waktu sampai
kiriman buku berikutnya tiba di counter pameran.
Acara Bincang Novel ini berlangsung
sangat menarik & interaktif. Di akhir perbincangan Astri Ivo juga
menambahkan bahwa ia merasakan bahwa novel ini tidak sedang menggurui kita, dan
selaku orang tua ia berharap novel ini bisa menjadi alternatif bacaan yang baik
untuk anak-anak remaja kita. Selain itu, ustadz Riza juga menambahkan bahwa
penulis cukup cerdik menjadikan Tanah Haram sebagai setting dalam novel
ini, karena secara tidak langsung hal tersebut akan menggerakkan sekaligus
mengingatkan kita untuk pergi haji dan umrah.
Tepat pukul 16.00, acara selesai.
Penerbit Erlangga melalui MC membagikan berbagai doorprize untuk pengunjung
yang beruntung dan mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada para
tamu undangan yang telah hadir dalam acara ini. Semoga novel “Asmara di Atas
Haram” ini bisa meramaikan pentas novel di tanah air, dan dapat menjadi bacaan
yang diminati oleh para pencinta novel di Indonesia. Semoga. (ibaad)
Hits: 402
Komentar (0)
Tulis komentar
Anda harus login untuk menulis
komentar. Silahkan mendaftar jika Anda tidak punya akun. Buat akun/Login?
Terkait
|